Pupuk
dan pemupukan adalah komponen yang sangat penting dalam manajemen
budidaya tanaman. Pemupukan sendiri mencakup beberapa hal penting :
pengaturan jenis pupuk itu sendiri, berapa jumlah atau dosis pupuk yang
harus diberikan, kapan pupuk harus diberikan, bagaimana cara pemberian
pupuk tersebut dan ketepatan tempat pemberian pupuk bagi tanaman.
Pupuk
adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk
mengandung bahan baku yang diperlukan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan,
bersifat membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke
dalam pupuk, khususnya pupuk buatan dapat ditambahkan sejumlah material
suplemen.
Pemupukan
harus dilihat sebagai fungsi pemberian hara atau nutrisi bagi tanaman.
Hara adalah unsur atau senyawa anorganik maupun organik yang terdapat di
dalam tanah, atau terkandung di dalam tanah dan sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pemberian
hara dalam bentuk pupuk harus ditambahkan dan diberikan ke tanaman
secara teratur. Penambahan pupuk ini harus dilakukan karena tidak
terjadi keseimbangan jumlah hara dalam tanah di mana jumlah hara akan
terus berkurang dari waktu ke waktu. Berkurangnya jumlah hara dalam
tanah atau media tanam dapat terjadi disebabkan karena beberapa faktor :
pertama karena sebagian besar hara akan terikut bersama hasil panen
yang diambil dari tanaman, kedua karena efisiensi penyerapan hara yang
cukup rendah oleh tanaman akibat cara atau aplikasi pemberian pupuk yang
salah, ketiga karena faktor kehilangan hara akibat proses penguapan dan
pencucian hara oleh air pengairan/penyiraman, dan keempat karena
sebagian pupuk terjerap dan terikat (fixation) di dalam partikel tanah sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Ketersediaan
unsur hara bersifat kritis karena unsur hara mutlak harus tersedia bagi
tanaman dengan unsur yang sangat spesifik dan tidak tergantikan oleh
unsur lainnya serta dalam jumlah yang berbeda tergantung pada jenis
tanamannya. Kekurangan unsur hara akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, karena hara bagi tanaman ibarat makanan pada
manusia. Yang membedakannya adalah jika manusia menggunakan bahan
organik sebagai sumber makanan, maka tanaman akan menggunakan
bahan-bahan anorganik untuk menghasilkan energi bagi pertumbuhannya.
Dalam proses fotosintesis di daun-daun tanaman, klorofil akan mengubah
air (H2O) dari dalam tanah dan karbon yang diserap oleh tanaman dari
udara, menjadi bahan organik dengan bantuan sinar matahari sebagai
sumber energi utama. Proses sintesis senyawa organik sebagai sumber
energi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut lebih dikenal
sebagai proses metabolisme. Dalam proses metabolisme inilah unsur hara
memegang peranan penting karena ketersediaannya tidak dapat digantikan
oleh unsur yang lain. Jika ketersediaan unsur hara berjumlah sangat
terbatas, akan mengganggu keberlangsungan proses metabolisme, dan pada
kondisi seperti ini, proses metabolisme dalam tubuh tanaman akan
berhenti sama sekali sehingga tanaman tidak dapat menyelesaikan satu
atau beberapa siklus hidupnya dengan sempurna. Ketidaksempurnaan
metabolisme ini diperlihatkan oleh tanaman pada bagian-bagian tanaman
secara spesifik sebagai gejala defisiensi atau kekahatan unsur hara,
misalnya pada daun yang berwarna kekuningan sebagai gejala kekurangan
unsur nitrogen, tepi daun yang mengering dengan garis-garis yang jelas
pada daun sebagai gejala kekurangan kalium, daun tanaman tertentu akan
menampakkan warna keunguan sebagi gejala kekurangan fosfat, dan
sebagainya.
Pupuk sebagai sumber hara dapat diklasifikasikan menjadi :
A. Berdasarkan sumber asal-usul pupuk :
a. Pupuk Organik (manure)
: semua pupuk yang dibuat dengan menggunakan bahan dari sisa-sia
metabolisme, organ hewan maupun tumbuhan. Contoh pupuk ini adalah :
kompos daun, belotong tebu, kotoran hewan (kotoran padat maupun cair),
dsb.
b. Pupuk Kimia (fertilizer) : segala pupuk yang dibuat dari bahan-bahan mineral melalui proses pengolahan/sintesa yang dilakukan manusia.
Jika
kandungan pupuk organik relatif lebih sulit ditentukan dan bergantung
dari sumber bahannya, maka kandungan pupuk kimia relatif lebih mudah
diketahui dengan menghitung jumlah bahan-bahan penyusunnya.
B. Berdasarkan bentuk fisik pupuk :
a. Pupuk
berbentuk padat : semua pupuk yang berbentuk butiran, kristal, remah,
atau onggokan seperti batuan yang biasanya diberikan ke tanah atau media
tanam, misalnya urea, NPK, MgO, MKP, DKP, Borate, dsb
b. Pupuk berbentuk cair : semua pupuk yang berbentuk cair atau konsentrat yang biasanya diberikan dalam bentuk semprotan ke daun (foliar application)
C. Berdasarkan komposisi penyusun pupuk :
a. Pupuk
tunggal : semua pupuk yang mengandung satu unsur hara utama saja (dalam
bentuk persenyawaan), misalnya pupuk urea, pupuk TSP (Triple Super Phosphate), pupuk KCl (Kalium Chloride), pupuk MgO (Magnesium Oxide), pupuk Bo, dsb.
b. Pupuk campur : adalah
campuran pupuk tunggal yang dicampur secara manual, misalnya urea
discampur dengan TSP dan KCl. Pupuk campuran mempunyai tingkat
keseragaman yang beragam karena dicampur secara manual, di sisi lain,
tidak semua pupuk dapat dicampur satu sama lain. Beberapa pupuk campuran
juga hanya dapat dilakukan untuk sekali aplikasi dan tidak dapat
disimpan.
c. Pupuk
majemuk : semua pupuk yang mengandung minimum dua unsur utama yang
saling diperlukan, misalnya pupuk NPK, NPK+CaMg, pupuk MPK, pupuk DKP,
pupuk DAP, dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar