Sabtu, 14 Februari 2015

Wawacara Dengan Ketua Japati tentang Asparagus

Sebenarnya, tanaman yang termasuk dalam keluarga Lily (Liliaceae) seperti bawang merah dan bawang putih ini banyak dibudidayakan oleh para petani di daerah Pasirjambu, Rancabali, Ciwidey dan Soreang.
Jaringan Petani Asparagus Indonesia (Japati), sejak setahun terakhir ini menanam asparagus. Lahan pertanian asparagus milik kelompok tani tersebut seluas kurang lebih 5 hektare.

Namun, dari luas lahan tersebut, yang telah berproduksi dan menghasilkan seluas kurang lebih 1 hektare.
"Saat ini kemampuan produksi kami baru mencapai 70 kilogram per hari. Padahal permintaan untuk pasar dalam dan luar negeri masih cukup besar. Jadi peluang untuk bertani ataupun berinvestasi tanaman ini masih sangat luas," kata Ketua Japati Dadang Taryana, Minggu (1/6/2014).

Dadang mengatakan, di Indonesia yang juga menanam tanaman ini ada di beberapa tempat, seperti Bali dan Malang. Meski begitu, ternyata hal itu belum dapat memenuhi permintaan pasar. Untuk dalam negeri saja per hari permintaan asparagus mencapai 3,5 ton. Itu belum termasuk permintaan ekspor ke beberapa negara Eropa, Timur Tengah, dan Amerika.  Saya menyadari kemampuan produksi kami masih terbatas, mudah-mudahan saja ke depan kami bisa lebih berkembang," katanya. Dadang mengatakan, asparagus dikenal sebagai tanaman unik serta sifat pengobatannya. Maka tak heran tanaman tanpa daun yang dalam sehari bisa tumbuh setinggi 25 centimeter ini sejak ribuan tahun lalu, menjadi makanan kegemaran para raja dan bangsawan di Eropa.

Kandungan vitamin dalam asparagus seperti vitamin K dan folat, berkhasiat untuk diuretik alami, untuk kesehatan pencernaan, mencegah kecatatan bayi, mengurangi keasaman darah, anti inflamasi, kaya serta, anti oksidan, kolesterol, gula darah, meningkatkan produksi ASi dan sejumlah manfaat lainnya untuk kesehatan.
"Sayangnya, selama ini masyarakat di Indonesia belum terlalu familiar dengan asparagus. Selama ini makanan berbahan asparagus hanya bisa ditemui di hotel dan restoran mewah saja. Padahal, tanaman ini kaya manfaat serta memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, di pasar modern harganya bisa mencapai Rp200 ribu per kilogram," ujarnya. Melihat prospek usaha pertanian ini cukup besar, kata dia, asosiasi Japati menargetkan pada Agustus mendatang produksi bisa digenjot menjadi 200 kilogram per hari. Tak hanya itu, pada 2015, luas pertanian asparagus di setiap koordinator wilayah (Pasirjambu,Ciwidey, Rancabali dan Soreang) bisa bertambah minimal menjadi 6,5 hektare.

"Kendala yang saat ini masih kami rasakan, yakni keterbatasan permodalan. Karena memang untuk asparagus ini bibitnya masih impor dari Amerika, belum bisa kami kembangkan sendiri. Selain itu, kami juga masih memerlukan pengembangan serta penelitian ilmiah, agar bisa meningkatkan produktivitasnya," katanya. [hus]

Close

Tidak ada komentar:

Posting Komentar